Headlines News :
Home » , , » Siapakah Penulis Pertama Menurut Sejarah Dunia

Siapakah Penulis Pertama Menurut Sejarah Dunia

Written By Anonim on Selasa, 17 Juli 2012 | 04.43

Siapa ya penulis Pertama menurut sejarah dunia ?

Banyak juga Nih Pendapatnya, tapi yang mana ya

Nabi Idris, Penulis Pertama dengan Pena (Part II – Selesai)

Sebelumnya : “… Nabi Idris AS diakui oleh banyak ulama dan ahli tafsir, adalah seorang nabi yang memiliki banyak keistimewaan. Keistimewaan ini diantaranya adalah kemampuannya dalam menulis, menggambar, menjahit, menguasai ilmu perbintangan (astronomi), dan lain sebagainya… Al-Maghluts juga menyebutkan, pada masanya, manusia sudah berbicara dalam 72 bahasa. Dan ketika beliau berdakwah kepada kaumnya, Nabi Idris AS sudah menggambar pembangunan kota-kota, sehingga kota yang dibangun pada masanya sudah berjumlah 188 kota. Selain itu, Nabi Idris AS juga yang membagi wilayah bumi menjadi 4 bagian dan menetapkan setiap bagiannya seorang raja. Nama-nama raja itu adalah Elaus, Zous, Esqlebeos, dan Zous Amon…”.

Nah teman-teman, kita lanjutkan pembahasannya ya, sumbernya masih sama koq, yaitu dari buku Situs-Situs Dalam Al Qur’an, Dari Banjir Nuh hingga Bukit Thursina, karya Syahruddin El Fikri, Terbitan Republika, tahun 2010.


Sumeria Kuno

Para ahli sejarah menetapkan, Nabi Idris hidup sekitar tahun 4500-4188 SM. Berbagai peradaban yang telah ditinggalkannya itu kemudian diteruskan oleh generasi berikutnya. Para pengikut Nabi Idris AS dan orang yang tidak mau mengikuti seruannya, meneruskan cara-cara yang dilakukan beliau, seperti menulis, menjahit, mengukur, dan lain sebagainya.

Beberapa tahun lalu, ilmuwan modern dan para ahli arkeologi berhasil menemukan sejumlah perabotan dan barang-barang yang diperkirakan sudah ada sejak 4000 tahun yang lalu. Benda-benda itu antara lain adalah sebuah lempengan dari tanah yang berasal dari masa Sumeria. Di atas lempengan itu terdapat tulisan tentang matematika dalam bentuk tulisan huruf paku.

Selain itu, berbagia benda purbakala yang diyakini merupakan perbendaharaan bangsa Sumeria kuno yang ditemukan adalah pemberat dari logam, bejana antik yang terbuat dari tanah liat berbentuk kendi, gelas, dan lainnya yang diperkirakan dibuat pada 4000 SM. Demikian juga sbeuah lempengan batu yang di atasnya terdapat ukiran atau lukisan yang menggambarkan orang bercocok tanam pada beradaban negara-negara (kecil) di kota Irak dibagian selatan dan tengah.

Pakar Ilmu Perbintangan (Astronomi)

Bangsa Sumeria kuno (4500-1700 SM) dikenal sebagai bangsa yang memiliki peradaban tertinggi dan tertua di dunia. Berbagai macam bangunan dan kebudayaan lahir dari wilayah ini. Salah satunya adalah taman gantung di Babilonia.



Nabi Idris AS, selain dikenal sebagai manusia pertama yang menulis dengan pena, beliau juga dikenal sebagai orang yang pertama kali menggunakan bintang sebagai penunjuk arah, waktu bercocok tanam, memperkirakan kondisi cuaca, dan lain sebagainya. Beliau juga merupakan manusia pertama yang menjahit pakaian. Menurut sebuah riwayat, bangsa Sumeria telah mempelajari ilmu perbintangan untuk mengetahui masa bercocok tanam yang baik. Misalnya, rasi bintang Taurus yang dipercaya sebagai masa awal musim semi dan cocok untuk menanam, sedangkan rasi bintang virgo dipergunakan saat tepat untuk memanen.

Bangsa Sumeria kuno (Irak saat ini) juga dikenal sebagai bangsa pertama yang membuat pembagian bulan dalam setahun menjadi 12 bulan sekaligus membaginya dalam tabel. Selama ini, banyak yang menganggap, bangsa Yunani sebagai penemu atau bangsa yang membagi jumlah bilangan bulan dalam setahun. Dalam Al Qur’an, telah dijelaskan tentang pembagian bulan dalam setahun, yakni sebanyak 12 bulan. (Lihat surah At-Taubah [9]: 36). Dalam dunia modern, ilmu astronomi atau perbintangan baru ditemukan oleh Nicolas Copernicus (1473-1543 M). Ia mengemukakan,, bumi berputar pada porosnya, bulan berputar mengelilingi matahari dan bumi, serta planet-planet lain semua beredar mengelilingi matahari.

Salah seorang tokoh muslim yang dikenal sebagai ahli astronomi adalah Abu Raihan Muhammad bin Ahmad al-Biruni (973-1041 M). Ia lebih dulu mengemukakan teori dan ilmu perbintangan dibandingkan Nicolas Copernicus. Al-Biruni menulis sebuah buku tentang teori ilmu perbitangan yang dipersembahkan pada Sultan Mas’ud dari Ghazna dengan judul Al-Jamahir fi Ma’rifati al Jawahir.

Apa yang dilakukan Nabi Idris AS, kini telah diteruskan oleh ilmuwan masa kini untuk mengembangkan teori perbintangan, membuat kalender, menentukan awal bulan, gerhana matahari dan bulan, serta ilmu lainnya yang berkaitan dengan ilmu perbintangan.

Pelajaran dari Nabi Idris AS

Nah teman-teman, apa jadinya bila manusia tak pernah menemukan kain untuk pakaian?, mungkin sampai saat ini, manusia masih menggunakan daun, kulit binatang, atau semacamnya untuk dijadikan penutup badan. Begitu juga kalau tidak ditemukan mesin jahit, mungkin sampai sekarang pakaian atau kain tidak akan pernah rapi dan kuat. Tahun 1755, Charles Weisenthal, pria asal Jerman yang tinggal di Inggris, mematenkan jarum untuk sebuah mesin. Tahun 1790, Thomas Saint mematenkan mesin jahit. Tahun 1810, Blathasar Krems menemukan mesin otomatis untuk menjahit topi. Tahun 1818, John Adam Doge dan John Knowles dari Amerika membuat mesin jahit, namun gagal berfungsi untuk menjahit kain.

Tahun 1830, Bartelemy Thimonier menciptakan mesin jahit yang dapat berfungsi dengan baik, yaitu menggunakan satu benang dan sebuah jarum kait, seperti bordir atau sulam. Tahun 1834, Walter Hunt sukses juga membuat mesin serupa. Puncaknya, mesin jahit ditemukan dan berhasil dibuat oleh Elias Howe dari Amerika Serikat sekitar tahun 1845. Banyaknya penemuan ini membuat mereka (para penemu) saling klaim sebagai penemu pertama. Mereka pun sibuk mematenkan karyanya.

Padahal, puluhan abad silam, tepatnya sekitar tahun 4500-4188 Sm, Nabi Idris AS telah mempelopori cara menjahit pakaian. Artinya, Nabi Idris juga yang sebelumnya menggunakan pakaian berjahit hasil karyanya. Sebelum itu, banyak kaumnya menggunakan pakaian dari bulu atau kulit binatang. Beberapa abad kemudian, Nabi Daud AS mengajari ummat manusia untuk membuat pakaian yang terbuat dari besi sebagai perisai diri. Ini dilakukan sekitar tahun 1041-971 SM, jauh sebelum para ahli penemu mesin jahit dan jarum itu berdebat tentang hasil temuan mereka.

Tempat Tertinggi

“Dan, Kami tempatkan ia ke tempat (martabat) yang tertinggi.” (QS Maryam [19]: 57).

Para ulama berbeda pendapat dalam menafsirkan ayat tersbut mengenai diangkatnya Nabi Idris AS. Apakah ia diangkat ke surga, meninggal dunia di atas langit, atau hal itu menunjukkan akan kemuliaan Nabi Idris AS?. Ibnu Katsir dalam tafsirnya dan juga dalam Qishash al-Anbiyaa’ menyatakan, riwayat yang paling kuat mengenai ayat tersebut adalah Nabi Idris AS diangkat ke langit untuk diambil nyawanya.

Hal ini diperkuat dengan keterangan yang diriwayatkan dari Ka’ab atas pertanyaan dari Ibnu Abbas yang diriwayatkan dari Yunus, dari Abdul A’laa dari Ibn Wahab, dari Jarir bin Hazim, dari Al-A’masy, dari Syamr bin Athiyah dan dari Hilal bin Yasar.

Bukhari meriwayatkan pertemuan RAsulullah SAW dengan Nabi Idris AS di langit ke-empat saat Isra dan Mi’raj. Wa Allahu A’lam.

Sumber :
Situs-Situs Dalam Al Qur’an, Dari Banjir Nuh hingga Bukit Thursina. Syahruddin El Fikri. Republika, 2010.

Republika, 15 November 2009.
Sumber : http://venusofia.wordpress.com/2011/03/01/nabi-idris-penulis-pertama-dengan-pena-part-ii-selesai/
Penulis pertama yang tercatat dalam sejarah

Pertanyaan menggelitik tentang siapakah penulis pertama?
Tepatnya, penulis pertama yang tercatat dalam catatan sejarah.

Pada abad ke 19, seorang arkeolog amatir Inggris bernama Austen Henry Layard menemukan kepingan baru bertulis yang berkisah tentang raja Uruk dari Babilonia, bagian dari epik Gilgamesh. Pada kepingan ini tercatat nama Shin-eqi-unninni sebagai penulisnya.

Kemudian juga ditemukan 12 keping batu bertulis berbahasa Akkadia di sisa reruntuhan perpustakaan Ashurbanipal of Assyria (yang berdiri antara 669-633 sebelum Masehi). Tulisan di batu itu menyebutkan nama Shin-eqi-unninni sebagai penulis dari epik Gilgamesh. Sementara Gilgamesh sendiri diyakini hidup di sekitar 2700 tahun sebelum Masehi. Dari temuan-temuan tersebut di yakini bahwa Shin-eqi-unninni adalah penulis pertama yang tercatat dalam sejarah.

Penulis wanita pertama yang menulis puisi berisi puji-pujian bernama Enheduanna, diyakini sebagai penulis pertama yang tercatat. Dia menulis dalam bahasa Sumeria, bahasa yang lebih tua dari bahasa Akkadian yang digunakan oleh Shin-eqi-unninni. Puisi Enheduanna diyakini berasal dari 23 abad sebelum Masehi.

Puisi Enheduanna yang di terjemahkan oleh Dr. William Hallo dan diperbaiki oleh Dr. Zgoll :

En-Hedu-Ana’s Lawsuit in the poem Nin-me-sara

1. Queen of all the ME, too numerous to count,
rising forth as resplendent light [1]

2. Woman [2], most driven, clothed in frightening radiance,
loved by An and Uras,

3. An’s nugig [3],
you are above all the great SUHkese-breastplates,

4. You, who love the right aga-crown [4],
who is suited for the en-priest-hood,

5. empowered with all of its all seven ME –

6. my queen! You are the guardian of the great ME!

7. You have uplifted the ME,
you have held the Me in your hand.

8 You have gathered the ME,
you have clasped the ME to your chest.

9 Like a dragon you cast venom upon the enemy land.

10 In the regions where you thundered like Iskur,
Asnan no longer exists because of you

11 Flooding waters surge down on such an enemy land

12 You are the supreme one in Heaven and Earth,
you are their Inana!

Literasi

http://www.mnsu.edu
http://ancienthistory.about.com
http://www.uned.es

*) Dikutip dari catatan facebook Ferry Herlambang Zanzad, 18 Maret 2010
Sumber : http://indonesiabuku.com/?p=4672
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Penulis Pertama - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website Inspired Wordpress Hack
Proudly powered by Blogger